Okmeydani dan Kemankes, Bukti Kejayaan Ilmu Memanah Kesultanan Usmani part II
Tentang Panahan Jarak Jauh dan Batu Jarak
Salah satu dari cabang panahan Turki yang dilakukan di okmeydani adalah "menzil atışı" yaitu memanah jarak jauh. Panahan ini termasuk jenis panahan sport. Busur yang digunakan kemankes di panahan ini tetaplah busur turki tetapi mempunyai bentuk yang berbeda, saat dalam kondisi unstring lebih mendekati bentuk O seperti busur korea yang mereka sebut "menzil yayı". Di sini para kemankes berlomba untuk mencapai jarak terjauh.
Pada awal pembuatan okmeydani seorang pemanah menembakkan panah untuk menentukan jarak. Tempat jatuhnya anak panah itu dibangun "ana taşı" atau batu utama. Setiap kali ada rekor baru yang berhasil dibuat, sebuah prasasti granit yang bernama "menzil taşı" atau batu jarak akan didirikan. Prasasti baru akan didirikan bila ada yang berhasil memecahkan rekor terakhir. Prasasti ini biasanya berbentuk klasik, bunga tulip, atau kesultanan dan nama pemanahnya dipahat untuk mengenang pemanah berprestasi tersebut.
Berikut beberapa rekor tertinggi panahan jarak jauh,
Prasasti-prasasti batu ini masih ada tersebar di beberapa tempat di daerah okmeydani. Seiring waktu mereka hanya menjadi relik masa lalu yang bahkan masyarakat Turki kebanyakan sendiri tidak tahu apa artinya. Banyak dari prasasti ini bahkan telah dipotong karena menghalangi jalan. Akan tetapi roda kehidupan berputar dan menzil taşı menjadi salah satu dasar kekaguman dunia Barat maupun internasional.
Pada tahun 1795, seorang konsulat Turki di Inggris yang bernama Mahmud Efendi menembakkan 3 anak panah ketika dia diundang oleh anggota Komunitas Toxophilite. Jaraknya diukur dengan seksama dan mereka terkejut ketika mengetahui jarak dari anak panah yang paling jauh adalah 440 meter, lebih jauh hampir 100 meter dari jarak terjauh yang pernah dicapai busur panjang Inggris (English longbow). Selain itu Mahmud Efendi berkata bahwa dia sedang tidak enak badan di saat itu, dan juga busur yang digunakannya bukanlah busur yang bagus ditambah pula dia hanyalah seorang amatir. Rupanya beliau tidak bercanda karena memang banyak pemanah yang bisa memanah lebih jauh dari beliau.
Peristiwa tersebut merupakan kejadian bersejarah di mana panahan Turki mulai menarik perhatian masyarakat luas khususnya di dunia Barat. Setelah itu, beberapa kitab ilmu panahan pun diterjemahkan oleh beberapa sejarawan ke dalam bahasa Inggris. Berkat usaha mereka, peneliti, dan pemanah lokal, menzil taşı dapat menjadi bukti jayanya ilmu panahan di Turki.
Gambar: beberapa bentuk menzil taşı (atas), dan menzil taşı atas nama Beşir Ağa dan Dr. Paul Ernest Klopsteg ketika mengungjungi Istanbul pada tahun 1930 (bawah)
Sumber: artikel hoca Murat Ozveri dalam turkishculture.org, buku The Arms of The Sultans oleh Hilmi Aydin
#islamicarchery #panahanislam #sejarahislam #islamicgoldenage #warisanummat
Penulis: fahmi ranggamurti
menzil taşı |
Tentang Panahan Jarak Jauh dan Batu Jarak
Salah satu dari cabang panahan Turki yang dilakukan di okmeydani adalah "menzil atışı" yaitu memanah jarak jauh. Panahan ini termasuk jenis panahan sport. Busur yang digunakan kemankes di panahan ini tetaplah busur turki tetapi mempunyai bentuk yang berbeda, saat dalam kondisi unstring lebih mendekati bentuk O seperti busur korea yang mereka sebut "menzil yayı". Di sini para kemankes berlomba untuk mencapai jarak terjauh.
Pada awal pembuatan okmeydani seorang pemanah menembakkan panah untuk menentukan jarak. Tempat jatuhnya anak panah itu dibangun "ana taşı" atau batu utama. Setiap kali ada rekor baru yang berhasil dibuat, sebuah prasasti granit yang bernama "menzil taşı" atau batu jarak akan didirikan. Prasasti baru akan didirikan bila ada yang berhasil memecahkan rekor terakhir. Prasasti ini biasanya berbentuk klasik, bunga tulip, atau kesultanan dan nama pemanahnya dipahat untuk mengenang pemanah berprestasi tersebut.
Berikut beberapa rekor tertinggi panahan jarak jauh,
- Tozkoparan Iskender 1281 gez (845,79 m)
- Mir-i Alem Ahmed Ağa 1271,5 gez (839,18 m)
- Bursalı Şuca 1243,5 gez (820,71 m)
- Tozkoparan Iskender 1279 gez (844,14 m)
- Parpol Huseyin Efendi 1207 gez (796,62 m)
- Çullu Ferruh 1223 gez (807,18 m)
- Lendufa Cafer 1209,5 gez (798,27 m)
- Sultan II. Mahmud 1228 gez (810,48 m), 1225 gez (808,5m), 1219 (804,54 m)
Prasasti-prasasti batu ini masih ada tersebar di beberapa tempat di daerah okmeydani. Seiring waktu mereka hanya menjadi relik masa lalu yang bahkan masyarakat Turki kebanyakan sendiri tidak tahu apa artinya. Banyak dari prasasti ini bahkan telah dipotong karena menghalangi jalan. Akan tetapi roda kehidupan berputar dan menzil taşı menjadi salah satu dasar kekaguman dunia Barat maupun internasional.
Pada tahun 1795, seorang konsulat Turki di Inggris yang bernama Mahmud Efendi menembakkan 3 anak panah ketika dia diundang oleh anggota Komunitas Toxophilite. Jaraknya diukur dengan seksama dan mereka terkejut ketika mengetahui jarak dari anak panah yang paling jauh adalah 440 meter, lebih jauh hampir 100 meter dari jarak terjauh yang pernah dicapai busur panjang Inggris (English longbow). Selain itu Mahmud Efendi berkata bahwa dia sedang tidak enak badan di saat itu, dan juga busur yang digunakannya bukanlah busur yang bagus ditambah pula dia hanyalah seorang amatir. Rupanya beliau tidak bercanda karena memang banyak pemanah yang bisa memanah lebih jauh dari beliau.
Peristiwa tersebut merupakan kejadian bersejarah di mana panahan Turki mulai menarik perhatian masyarakat luas khususnya di dunia Barat. Setelah itu, beberapa kitab ilmu panahan pun diterjemahkan oleh beberapa sejarawan ke dalam bahasa Inggris. Berkat usaha mereka, peneliti, dan pemanah lokal, menzil taşı dapat menjadi bukti jayanya ilmu panahan di Turki.
Gambar: beberapa bentuk menzil taşı (atas), dan menzil taşı atas nama Beşir Ağa dan Dr. Paul Ernest Klopsteg ketika mengungjungi Istanbul pada tahun 1930 (bawah)
Sumber: artikel hoca Murat Ozveri dalam turkishculture.org, buku The Arms of The Sultans oleh Hilmi Aydin
#islamicarchery #panahanislam #sejarahislam #islamicgoldenage #warisanummat
Penulis: fahmi ranggamurti
Komentar
Posting Komentar